TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara. TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.
Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi TBC laten, di mana terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan aktif dan mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu bahkan beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.
Jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada penderita HIV, kanker, atau pasien yang menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.
Seberapa umumkah TBC (tuberculosis)?
Tuberkulosis sering menyerang kelompok berikut ini:
- Pengidap HIV, diabetes melitus (kencing manis), malnutrisi, atau penyakit lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
- Orang yang melakukan kontak dengan pasien TBC
- Orang yang merawat pasien TBC, misalnya dokter atau perawat
- Orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TBC, misalnya di tempat pengungsian atau klinik
- Orang yang tinggal di wilayah yang kondisi kesehatannya buruk
- Pengguna alkohol atau obat terlarang
- Orang yang bepergian ke tempat di mana tuberculosis merupakan penyakit yang umum. Kebanyakan adalah daerah yang masih berkembang seperti di Amerika Latin, Afrika, Asia, Eropa Timur, dan Rusia
Gejala TBC biasanya batuk, nafsu makan menghilang, demam dan keringat dingin pada malam hari, batuk berdarah, kurang berenergi, rasa nyeri di dana, dan batuk berdahak dengan waktu yang berlangsung cukup lama yakni sekitar 21 hari.
Penyakit TBC ini mudah menyerang apabila sistem kekebalan tubuh sedang menurun. Sehingga jika sistem kekebalan tubuh Anda baik-baik saja dan dalam kondisi prima, jangan khawatir akan penyakit TBC ini.
Akan tetapi, tak jarang sistem kekebalan tubuh ini gagal melawan dan melindungi dari serangan TBC karena sistem kekebalan tubuh seringkali juga berfluktuatif dengan cepat karena berbagai faktor. Dan biasanya, meski sudah diberantas oleh sistem kekebalan tubuh, basil ini juga bisa saja tetap aktif. Nah, kondisi inilah yang disebut TBC laten.
Sementara itu, bila basil TBC ini berkembang hingga menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru, maka selanjutnya akan menimbulkan kondisi yang disebut dengan tuberculosis aktif.
Bagaimana Proses Diagnosa Risiko Tinggi TBC?
Gejala TBC hampir sama dengan beberapa gejala penyakit pernafasan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengkonsultasikan ke dokter guna menjalankan diagnosa yang tepat. Sehingga bisa diketahui dengan pasti apakah Anda tertular TBC atau tidak.
Dokter biasanya akan menjalankan diagnosis, terdiri dari tes darah, tes dahak, rontgen dada, dan Mantoux test. Tes tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis tuberculosis tersebut apakah laten atau aktif. Siapa saja yang termasuk dalam kelompok TBC?
- Perokok aktif
- Pengguna narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya
- Sering berhubungan dengan pengidap TBC aktif
- Orang yang sering menjalani kemoterapi
- Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah
- Pengidap HIV/AIDS
Oleh sebab itu, melakukan diagnosa TBC secara dini diperlukan, agar tidak berkembang dari tuberculosis laten menjadi tuberculosis aktif. Ini sebagai langkah pencegahan sekaligus untuk mempermudah pengobatan. Sebab hanya dengan pengobatan yang tepat saja, maka risiko komplikasi yang muncul akibat penyakit TBC dapat dicegah.
Bagaimana Pencegahan dan Pengobatan TBC yang Tepat?
Pemberian vaksin di imunisasi pada bayi
TBC memang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang benar dan tepat tentunya. Secara umum, pengobatan TBC saat ini dijalankan dengan memberikan beberapa jenis antibiotic kepada pengguna dengan dosis yang tepat, serta dalam jangka waktu tertentu.
Vaksin juga diberikan sebagai langkah pencegahan. Vaksin ini disebut dengan BCG (Bacillus Calmette-Guerin) dan vaksin jenis ini di Indonesia telah diberikan pada bayi-bayi yang belum berusia 2 bulan serta masuk dalam imunisasi dasar.
Langkah pengobatan serta pencegahan TBC sangatlah penting untuk dilakukan. Mengingat penyakit ini tergolong berat dan menular, dengan skema penularan yang relatifcukup mudah, yakni melalui pernapasan. Terlebih lagi juga terdapat risiko komplikasi yang mungkin saja terjadi, yakni:
- Meningitis
- Kerusakan sendi
- Gangguan organ tubuh, seperti ginjal, hati, jantung
- Merasa nyeri pada punggung
Mengingat besarnya risiko yang bisa muncul karena penyakit TBC ini, maka pengobatan yang diberikan dalam bentuk antibiotik juga sangat beragam. Obat-obatan yang biasa diberikan oleh dokter untuk pengidap TBC aktif antara lain:
- Isoniazid
- Rifampicin
- Pyrazinamide
- Ethanol
Obatan-obatan tersebut mengandung efek samping, seperti dapat menurunkan efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Efek samping yang demikian terutama terjadi untuk pengguna obat antibiotik seperti rifampicin.
Sementara itu, untuk ethambutol, berpengaruh pada kondisi penglihatan. Begitu juga dengan isoniazid yang berpotensi merusak saraf.
Selain itu, juga terdapat efek samping umum, seperti muntah, mual, penurunan nafsu makan, sakit kuning, perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada kulit.
Meski demikian, pengidap diharuskan mengonsumsi antibiotik selama lebih kurang lebih 2 minggu, dan untuk memastikan kesembuhan, dokter biasanya mengharuskan konsumsi antibiotik selama 6 bulan.
Obat resep yang diberikan untuk pengidap TBC harus diminum hingga waktu yang dianjurkan. Ini dikarenakan meski kondisinya membaik, pengidap TBC masih mungkin untuk menurun kembali kondisinya.
Sudahkah Anda Memiliki Asuransi Kesehatan?
Proteksi diri dengan asuransi kesehatan
Sebagaimana ulasan di atas, penyakit TBC memang tergolong penyakit berat dan menular, yang membutuhkan skema pengobatan dengan jangka waktu cukup panjang serta intensif. Berhenti atau menghentikan pengobatan untuk penderita TBC ini sangat berisiko. Karenanya, sangat perlu untuk ditunjang dari segi asuransi kesehatan, agar pengobatan tidak membebani finansial Anda.
Dari segi biaya, perhitungan pengobatan pasien TBC tidaklah murah. Mengingat, bila melihat kondisinya, yang apabila sudah tergolong kronis, tidak menutup kemungkinan bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Bicara asuransi kesehatan, memang, ada kalanya pada saat mengajukan pengobatan TBC, pihak asuransi tidak menyetujui klaim tersebut. Kalau sudah begini, pasti akan terasa semakin sulit saja untuk pembiayaan pengobatan penyakit TBC yang menelan dana tidak sedikit ini.
Nah, agar klaim asuransi kesehatan itu dapat disetujui, ada baiknya memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
- Polis harus dalam keadaan aktif (Hindari telat bayar premi agar tidak hangus)
Penting untuk seorang pemegang asuransi yang hendak mengajukan klaim guna membayar pengobatan penyakit TBC adalah polis tersebut masih dalam keadaan aktif. Sebab premi asuransi kesehatan yang jatuh tempo atau telah melewati masa tenggang adalah menjadi penyebab utama polis tersebut tidak aktif. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindarilah telat membayar premi asuransi kesehatan Anda.
- Saat mengajukan kliam tidak melewati batas waktu (Jangan menunda klaim)
Jangan menunda pengajuan untuk klaim pengobatan penyakit TBC terlalu lama. Karena perusahaan asuransi biasanya memiliki batas waktu untuk pengajuan klaim. Biasanya masa tenggang berkisar antara 30 hingga 60 hari.
- Tidak dalam masa tunggu (Pahami karakteristik penyakit dan sistem klaim dengan baik)
Saat membeli polis asuransi, pasti ada yang namanya jangka waktu hingga bisa mengajukan klaim secara aktif. Biasanya, masa tunggu berkisar hingga 1 tahun. Namun ada juga yang memang kurang dari batas waktu tersebut. Jenis penyakit berat termasuk TBC, kencing manis, tumor, hingga penyakit jantung sering punya ketentuan masa tunggu.
- Berikan informasi yang benar saat melakukan pembelian polis (Agar mudah dilakukan Analisa)
Saat membeli polis, penting untuk tidak menyembunyikan tentang kondisi terkait berbagai hal yang menyangkut pemegang polis, yaitu kondisi kesehatan, dan identitas diri. Dengan menyembunyikan identitas, serta kondisi kesehatan yang sebenarnya, maka akan menyulitkan diri sendiri suatu saat nanti.
Contoh, bila memang sejak awal sudah mengidap TBC, maka ada baiknya jujur saja dengan kondisi tersebut. Ini penting agar saat mengajukan klaim kedepannya, tidak terjadi hal yang dapat menghambat kemudahan saat mengajukan klaim.
- Mengajukan klaim disertai dokumen yang lengkap (Agar proses klaim mudah)
Setiap bentuk asuransi memiliki sistemnya sendiri-sendiri. Khusus untuk jenis asuransi dengan sistem reimbursement, kelengkapan dokumen adalah syarat mutlak dari kelancaran proses saat mengajukan klaim. Sementara itu, untuk jenis asuransi dengan bentuk kartu yang bisa digesek saat membutuhkan pengajuan klaim, ini akan lebih mudah, karena biasanya pihak rumah sakitlah yang akan mengurus prosesnya.
Untuk itu, sangat penting mengetahui jenis asuransi dan cara mengajukan klaim. Terutama dari segi dokumen dan kelengkapan yang diperlukan, agar jangan sampai terhambat.
Baca Juga: Trik Mengajukan Asuransi Kesehatan
Kenali Penyakit TBC Sejak Awal dan Lakukan Penanganan yang Tepat
Sesuai dengan jenisnya, penyakit TBC adalah penyakit menular yang membutuhkan suatu penanganan intensif serta khusus. Memiliki asuransi kesehatan tentu menjadi satu keuntungan tersendiri bagi seseorang agar jangan sampai penanganan dan pengobatan menjadi terhambat. Terlebih lagi, penyakit TBC ini membutuhkan pengobatan dan perawatan setidaknya 6 bulan hingga pasien benar-benar sembuh.
No Response to “Tuberculosis Dan Upaya Untuk Mencegah Atau Menanggulanginya”
Leave a Reply